Part
1
“Ummi.....
Ummi mau kemana kita? Ke tempat kawan ummi ya....”, itulah pertanyaan si gadis kecil di sela-sela
perjalanan, satu diantara sekian pertanyaan dan diselingi kantuk yang
menyebabkan sandalnya hilang satu terjatuh ketika si kecil terlelap di atas
motor.
“Loooohhh.....
Kok kuncinya sama adik. Khan tadi ummi kasih adik qanita, biar dititip ke bibi.
Nanti kakak nggak bisa masuk rumah dong.” Kataku karena terkejut melihat kunci
rumah yang biasa kami kasih gantungan tali terpasang di lehernya. Padahal sebelum berangkat kunci dititip ke bibi, dan
saya mengalungkan kunci itu di leher keponakan agar ketika kami terlambat
pulang, kakaknya yang masih sekolah bisa ngambil kunci ke rumah bibinya yang memang berdekatan masih satu gang.
Si
kecil, “Tadi sama adik qanita di kasih ke kakak....” . “iii...kapan ngasihnya
kok ummi nggak nampak” sahutku. “Tadilah..” jawab si kecil sambil masih seperti
di awang-awang karena ketika menjawab pertanyaan ini, si gadis baru bangun dari
tidur lelapnya, masih mengantuk sampai-sampai pak satpam perumahan tempat kami
berhenti mengingatkan saya, “Bu, anaknya ngantuk itu bu”
“O...
“, barulah ku ingat memang ketika memberikan kunci rumah, saya sama bibinya
heboh sendiri karena nanyain kabar sambil ngecek baju karena ternyata di jok motor ada kotoran ayam yang sudah mengering. “Aduh wak, itu ada kotoran ayam di
jok, jangan-jangan baju wak kena” celetuk bibi. “Ah masa sih... kok gak
nampak tadi ya. Buru-buru sih”, hadeuh maklumlah takut terlambat, belum tau
tempatnya, lupa selain punya tetangga, ada juga tetangga ayam yang hobinya nangkring di pagar rumah.
“Tengok
dulu, tengok, ada gak, coba cek bik”, sambil putar badan. “Alhamdulillah, clean ah, tapi siram dulu deh
sadelnya”, yakk darurat jadi siramnya
pake air minum yang di botol.
Alhamdulillah,
sekarang udah nyampai di pintu gerbang perumahan yang di maksud. Ssset.
Berhenti di dekat pos satpam, sambil terkaget kunci rumah dikalungin si kecil, interogasi
dikit, sambil cek hp, baca WA. Lupa alamat lengkap tuan rumah tempat ngumpul
hari itu.
“Maaf
pak, mau nanya alamat ini..”, tanyaku
“Ya,
Ibu mau kerumah siapa?”
“Kerumah
mbk Unna. Nak belajar.”
“Ibu
jalan aja itu terus” tangannya sambil menunjuk ke jalan yang dimaksud, “lurus,
ujung nanti sampai jumpa pos satpam lagi. Nanti tanya disana” jawab pak satpam
“Terima
kasih, pak”, Brrreemmm, gas motor. Baru
pertama kali masuk ke perumahan ini, baru tau isinya. Rumahnya gede-gede. Baca
petunjuk di kanan kiri jalan, jalan ini, jalan itu, cluster ini, cluster itu,
e..... masih jauh ya rumahnya. Ini perumahan luas amat ya......... Dan itu
clusternya, Cluster Nirwana.
Sseth.
Berhenti lagi nyamperin pak satpam. Makk
satpam lagi, di pos sebelumnya satpam nampak ada 3 orang, disini
adalagi.....Lagi-lagi, “Maaf pak nanya
alamat (menyebutkan alamat yang di WhatsApp)”, Jawaban pak satpam, “Mau kerumah
siapa?”
“Ke
rumah Mbak Unna”
“Ada
perlu apa?”
“Mau
belajar pak”
“Itu
jalan tengah yang lurus itu. Dari sini putar dulu ke bundaran ini, trus kesana.
Cari nomer rumahnya.” Kata pak satpam
“Terima
kasih, pak”
Brrreemmmm,
gas lagi......keliling bundaran, setengah bundaran aja ...lurus, dari kejauhan
terlihat, 2 orang bunda (ibu-ibu nan muda), sepertinya mbak desy daaa..nn mbak
rika. Sseth! Cari posisi parkir.
“Assalamu’alaikum......”
“Wa
alaikum salaam”
“Wah
saya udah ketinggalan ya......” kataku.
“Enggak
kok, kami lagi sarapan dulu ini.”
Memang
terlihat mbak desy sedang memegang piring lucu berisi nasi plus bakso. Padahal
perkiraan saya pasti udah lambat ni, udah mulai ni, o... ternyata ada acara
pembukaan berupa sarapan. Ah mungkin gak juga, coba tengok dulu yang didalam
rumah, mungkin sudah mulai belajarnya.
“Assalamu
alaikum”, kataku tepat di pintu mbak Unna. Sepertinya tidak ada kelompok
belajar, sempat ngebatin salah tempat nggak ya. Atau salah ruangan. Karena
pemandangan dari pintu, hanya ruang kosong berisi kursi dan tumpukan kardus.
“Masuk ajalah, mungkin di dalam”, batinku.
Terlihat, alhamdulillah ada 3 bunda
beserta krucils-krucils (penasaran nih apa artinya krucils ya, besok cari tau
ah asal kata krucils, pokoknya anak-anaklah) yang salah satunya sudah saya
kenal. Ya tuan rumah, Mbak Unna. Eits, drama nih, si kecil tak mau masuk ke
ruangan itu. “Tak mau, tak mau, mau pulang... enggaaakkkk.” si kecil action
kabur. Walah..... kalau saya excited sama tempatnya, kenapa rumahnya kok
buanyak mainan, penuh, itupun masih ada bertumpuk-tumpuk container plastik bening
tampak berisi mainan yang belum semuanya di keluarkan. Biasanya anak kecil bila
melihat mainan, merapat, mendekat, ini kenapa si kecil malah drama mau kabur.
Apa si kecil berpikir mau saya titipkan di tempat penitipan atau apa yakkkk. Gendong ah biar gak kabur. So, dengan penuh
pertanyaan melihat pemandangan yang tidak biasa, mainan bertebaran di seluruh
sudut ruangan, hidangan bakso di meja makan, hm... di mana tempat pelatihannya
ya. Emang pelatihan apa sich.... (bersambung)
(Cerita di atas merupakan pengalaman plus bumbu-bumbu fiksi. Selamat menikmati dan menanti cerita selanjutnya ya....)
(Cerita di atas merupakan pengalaman plus bumbu-bumbu fiksi. Selamat menikmati dan menanti cerita selanjutnya ya....)