Cari Blog Ini

Minggu, 25 Agustus 2019

Ketika Anak Bertanya tentang Seksualitas



Banyak orang tua yang menghindar dan memilih mengalihkan topic yang sedang ditanyakan oleh sang anak. Apalagi saat anak bertanya tentang seks. Bisa dibilang tabu dan malu, bingung bagaimana menjawab pertanyaan dari anak. Pernah seperti itu?
Ya pasti pernah. Maka sebagai orang tua kita harus tahu hal-hal berikut ini:
Kapan Anak Mulai Tertarik Soal Seks?
Seperti dilansir Kids Health, anak sama seperti manusia adalah makhluk seksual dan hanya sedikit orangtua yang memahami hal tersebut. Oleh karena itu, anak-anak pun, bahkan sejak dini, terkadang penasaran pada tubuh mereka sendiri, terutama bagian-bagian vitalnya. Jika penasaran itu ada, hal tersebut normal dan sehat.

Perilaku 'Seks' Apa Yang Sering Ditunjukkan Anak?
Anak-anak terkadang menyentuh diri mereka sendiri, saat mereka telanjang. Misalnya saja ketika mereka mandi atau sedang dipakaikan pampers atau celana. Pada tahap perkembangan ini, mereka tidak memikirkan kesopanan. Saat anak-anak menyentuh area pribadi mereka, jangan marahi atau membuat mereka malu. Adalah wajar bagi anak-anak tertarik pada tubuh mereka sendiri. Anda para orangtua bisa dengan santai saja membiarkan anak-anak menyentuh area pribadi mereka. Atau Anda bisa juga memilih untuk memberitahukan mereka, kalau apa yang disentuh itu adalah area pribadi.

Para orangtua bisa mulai khawatir jika sepertinya anak mulai 'memainkan' kelaminnya, sampai lupa aktivitas lain. Beritahu anak dengan kalimat yang dapat dimengerti kalau aktivitas itu bisa membahayakan area pribadinya.

Apakah sebaiknya menggunakan nama pengganti untuk area pribadi?
Saat anak sudah berusia tiga tahun, orangtua sebaiknya menggunakan nama anatomi tubuh yang benar. Memang sepertinya akan aneh, namun tidak ada alasan kenapa Anda harus memakai nama lain padahal anak sudah bisa mengucapkan kata itu dengan jelas. Kata seperti penis dan vagina, harus disebutkan dengan jelas, jangan sampai Anda terdengar malu-malu atau malah konyol. Kedepannya, anak-anak pun akan menggunakan kata tersebut secara sopan, tanpa ada tujuan untuk mempermalukan atau malah malu.

Bagaimana jika anak bertanya dari mana bayi berasal?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut tergantung dari usia si anak. Anak-anak di bawah usia enam tahun, lebih bisa menerima jawaban yang simple. Misalnya saja, Anda bisa menjawab kalau bayi berkembang dari telur yang ada di perut ibu (dengan menunjukkan perut) dan keluar dari tempat yang spesial bernama vagina.

Anda tidak perlu menjelaskan detail soal ritual bercinta untuk membuat bayi tersebut karena anak-anak usia dini belum memahaminya. Namun jika memang mau sedikit detail, Anda bisa menambahkan dengan penjelasan kalau pria dan wanita saling mencintai, sehingga suka berdekatan satu sama lain. Saat itu, sperma pria bersatu dengan telur wanita dan setelah itu, bayi mulai berkembang. Untuk anak-anak, memberikan jawaban melalui buku-buku pengetahuan seks juga bisa dilakukan.

Apakah Orangtua perlu diskusi dengan anak-anak soal seks?
Mempelajari soal seks bukanlah sesuatu yang harus didiskusikan dalam waktu tertentu. Seharusnya, hal itu adalah sebuah proses yang terjadi dengan sendirinya. Misalnya saja saat anak tengah bermain dan tiba-tiba tertarik menanyakan hal itu pada orangtua.

Kalau anak tidak bertanya soal topik seks, abaikan saja topik tersebut. Namun di saat anak usia lima tahun, Anda bisa mulai memperkenalkan melalui buku-buku pengetahuan sesuai umur mereka. Terkadang orangtua kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk memberikan penjelasan dan buku-buku biasanya bisa membantu.
Diambil dari artikel https://wolipop.detik.com

#Day10
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangII

Peran Lingkungan dan Perlindungan dari Kejahatan Seksual



Alhamdulillah kita hidup di negara Indonesia, yang masih memiliki rasa malu yang tinggi karena pengaruh agama dan budaya. Tapi kepedulian antar sesama banyak yang mulai terkikis. Terutama bagi warga perumahan ataupun perkotaan. Hal ini lah yang harus kita tingkatkan sehingga kita bisa bersama-sama melindungi generasi muda dari kejahatan seksual.
Faktor lingkungan menjadi faktor yang dominan dalam munculnya penyimpangan perilaku seksual. Ketika lingkungan mendukung dan individu terbuai, maka akan sangat mudah bagi individu tersebut untuk terbawa pengaruh lingkungan. Gaya hidup menjadi salah satu contoh jelas ketika manusia yang memiliki kecenderungan ingin bisa diterima oleh lingkungan berusaha berasimilasi pada lingkungannya. ‘Menular’ yang dimaksud di sini bukan ‘contagious’ sebagaimana penyakit menular akan tetapi lebih kepada kebutuhan untuk ‘diterima’ yang membuat individu berasimilasi pada gaya hidup lingkungan tersebut.
CN, Jakarta - Pengamat Sosial, Mintarsih A.Latif mengatakan jika pengidap pedofil terbukti melakukan pelecehan seksual pada anak perlu diberi hukuman berat, meski pemerintah telah menyetujui hukuman kebiri bagi pengidap pedofilia, peran masyarakat dan keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kejahatan seksual terhadap anak.
"Peran masyarakat dan keluarga sangat perlu untuk mencegah sedini mungkin terjadinya tindak kejahatan seksual terhadap anak, diminta masyarakat dan orangtua untuk tidak takut melaporkan kepada pihak berwajib," kata Mintarsih di Jakarta, Minggu (11/9/2016)
Menurut Mintarsih, pelaku pedofilia perlu mendapat hukuman yang membuat jera menyusul disetujuinya sanksi kebiri bagi pelaku kejahatan seksual pada anak.
"Aparat penegak hukum harus tegas dalam bertindak, sebab tindak kejahatan seksual terhadap anak sangat mengkhawatirkan sekarang ini dan Aparat penegak hukum harus melindungi serta menjamin keselamatan bagi masyarakat yang melaporkan adanya indikasi tindak kejahatan seksual terhadap anak di lingkungannya," ungkapnya.
Pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak di Tanah Air meningkat 100 persen.
Catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan, angka korban pelecehan seksual terhadap anak semakin tinggi setiap tahun dan modus pelecehan seksual semakin beragam dan aneh. Hal-hal yang tak terduga dapat terjadi. Selain kemajuan teknologi dan kurangnya pengetahuan orangtua dalam mengasuh dan mendidik anaknya, lingkungan pergaulan juga menjadi penyebabnya
#Day9
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangII

Penyimpangan seksual, pencegahan dan solusinya



Anak laki-laki keperempuan-perempuanan, anak perempuan kelaki-lakian. Salah keluarga atau salah pergaulan? Penyimpangan orientasi dan perilaku seksual anak menjadi hal yang perlu mendapat perhatian para orangtua di era keemasan dunia alay sekarang ini.
Perilaku menyimpang seksual menjadi fenomena yang berkembang dalam masyarakat. Fenomena ini bahkan menjadi menarik dikaji dalam berbagai sudut pandang dan keilmuan. Eksistensi mereka seolah-olah menginginkan untuk dianggap ada dan dihargai dalam masyarakat. Pencegahan perilaku penyimpangan seksual harus diawali dari lingkungan keluarga. “Rumah – Sekolah – Lingkungan – Peer group – Media – Masyarakat – Negara” merupakan mata rantai yang secara bersama-sama bertanggung jawab terhadap hadirnya permasalahan penyimpangan perilaku seksual di masyarakat, khususnya pada anak.

Bagaimana kaitan antara pornografi dengan penyimpangan seksual?
MTP (Masyarakat Tolak Pornografi) memandang penyimpangan seksual dalam keluarga biasanya disebabkan oleh lingkungan dan pornografi. Ketika perjuangan UU Pornografi, LBH APIK yang menentang UU Pornografi melakukan kajian untuk membuktikan bahwa kejahatan seksual bukan karena pengaruh pakaian perempuan. Namun ternyata, hasil kajiannya justru membuktikan bahwa kejahatan seksual dipicu oleh pornografi. Pornografi saat ini lebih mudah diakses dan dikonsumsi. Permisifitas terhadap pornografi berdampak pada tidak sensitifnya masyarakat terhadap penyimpangan seksual. Dengan demikian pornografi dalam hal ini menjadi pintu masuk penyimpangan seksual dan kejahatan lainnya. Ibarat membangun istana pasir, usaha memperkuat keluarga dibombardir oleh gelombang pornografi.

Apa yang harus dilakukan ketika anak-anak diindikasi mengalami penyimpangan orientasi/perilaku seksual?
Ketika penyimpangan gender ditemukan indikasinya sejak usia dini, orangtua/wali perlu mencari tahu dengan detail faktor yang melatarbelakanginya. Apakah faktor biologis, kesalahan informasi dan persepsi anak, pergaulan, ataukah faktor lainnya. Hal ini penting untuk dapat mengetahui jenis terapi apa yang akurat dan tepat untuk mengobatinya.
Awal penanganan, orangtua/wali perlu melakukan diskusi dengan psikolog tanpa melibatkan anak. Karena pada diskusi-diskusi awal psikolog akan banyak menanyakan hal-hal berupa hasil observasi mengenai anak. Setelah data dirasa cukup, anak bisa dipersiapkan untuk diajak bersama ke psikolog. Pada tahap ini anak harus paham kenapa dirinya diajak ke psikolog. Sentuhan dan uraian garis besar kasih sayang keluarga kepadanya menjadi pengantar untuk menjelaskan mengenai bantuan yang akan diberikan psikolog kepadanya. Kenyamanan anak menjadi hal yang utama dalam treatment, sehingga perlu disampaikan juga pada anak bila ia merasa tidak nyaman untuk bertemu dengan psikolog. Ia memiliki hak untuk meminta re-schedule atau memindahkan lokasi konseling ke tempat yang membuatnya lebih nyaman.

Jika ditemukan faktor biologis, misalnya karena ada kelainan secara hormonal, maka bisa ditempuh jalan terapi hormon yang diikuti dengan terapi perilaku. Jika penyebabnya karena kesalahan informasi atau persepsi dan pergaulan, maka bisa dilakukan terapi kognitif. Pada kasus-kasus demikian, nilai-nilai moral sosial dan agama adalah hal yang tidak bisa dilepaskan di samping tetap diperlukannya penanganan tenaga psikiater, psikolog atau medis lainnya. Hal yang perlu diketahui bahwa pada penanganan kasus demikian, psikolog bisa saja memberikan intervensi tidak hanya pada anak yang dimaksud, namun juga pada anggota keluarga, atau bahkan lingkungan sekolah anak tersebut. Bentuk intervensi bisa saja berbeda tergantung jenis kasus dan penyebabnya. Hasil yang dicapai pun bisa jadi berbeda antar kasus. Batas paling rendah adalah membantu anak untuk ‘mengabaikan’ kecenderungan Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, yang populer dengan istilah LGBT.

#Day8
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangII

Menjaga diri dari kejahatan seksual

Jaman dahulu orang lebih takut memiliki anak perempuan karena menganggap bahwa menjaga dan mendidik anak perempuan harus lebih ekstra. Anak perempuan lebih rentan terhadap kejahatan seksual. Tapi ternyata hari ini hal itu sudah tidak berlaku lagi. Karena kejahatan seksual tidak hanya rentan terjadi pada anak perempuan tapi juga pada anak laki-laki. Hal ini dikarenakan juga telah maraknya kaum LGBT.

Apa yang bisa orangtua lakukan untuk membuat anak sadar bahaya pelecehan seksual?

1. Ajarkan anak tentang anatomi tubuhnya

2. Ajarkan anak mengenai batasan

- Mana sentuhan yang baik dan yang tidak baik?

- Mana yang termasuk pelecehan seksual?

- Ajarkan anak berkata tidak

- Selalu dampingi anak di kehidupannya


#Day7
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangII

PENGARUH MEDIA DIGITAL TERHADAP FITRAH SEKSUALITAS



 Jaman sekarang memang sudah jamannya teknologi. Sehingga media digital berkembang dengan sangat pesatnya. Ada 2 sisi mata uang, ada positif, ada negatif.
Dampak Positif :

1. Efek positif bagi perkembangan fisik anak > Salah satu efek positif bagi perkembangan fisik si anak adalah adanya beberapa kemungkinan untuk melakukan aktivitas gerak yang disediakan oleh teknologi elektronik. 

Misalkan pada aktivitas dancing pada game. Tak hanya itu, informasi tentang gaya hidup sehat, obat, dan pencegahan penyakit dapat diakses dengan  mudah di internet.

2. Efek positif bagi perkembangan sosial dan emosi > menambah teman, saling berbagi, saling membantu

3. Efek positif bagi perkembangan intelegensia > Anak-anak yang sering mengakses media sosial juga cenderung mengalami peningkatan dalam visual reasoning mereka. Mereka dapat dengan mudah mengindera secara visual dan memperosesnya dengan cepat. Hal ini akan berdampak pada peerkembangan inteligensi mereka.

4. Efek positif bagi perkembangan moral > Aksi-aksi kemanusian yang diposting di media sosial, dapat menumbuhkan jiwa solidaritas yang anak-anak rasakan untuk ikut membantu orang lain yang sedang mengalami musibah sehingga kegiatan ini dapat mendorong penguatan perkembangan moral mereka.

Dampak Negatif :

1. Efek negatif bagi perkembangan fisik > Kegiatan anak berinteraksi dengan teknologi elektronik cenderung membatasi aktivitas gerak mereka karena teknologi elektronik sendiri diciptakan untuk memudahkan urusan manusia tanpa harus banyak melakukan gerakan >> anak rentan terhadap obesitas, ketidakseimbangan hormonal dan metabolisme, kelelahan mata, dan sakit kepala

2. Efek negatif bagi perkembangan sosial dan emosi > hilangnya privasi, bullying, stanger - danger (perkenalan dengan orang-orang asing dan tidak dikenal di seluruh dunia, memicu terjadinya penculikan dan pemerkosaan), stalking, kecemasan, dan depresi

3. Efek negatif terhadap intelegensi >> Anak-anak yang sering mengakses internet akan cenderung mendapatkan hambatan dalam proses belajar, menjadi tidak sabar. Selain itu, penggunaan teknologi eleltronik juga menjadikan mereka menjadi kurang terampil dan hanya bisa berkonsentrasi pada satu hal dalam rentang waktu yang lama sehingga mereka tidak akan mampu menghadapi sesuatu yang membutuhkan solusi cepat.

Lalu..apa yang harus kita lakukan selanjutnya untuk mencegah terjadinya hal tersebut?

Mari ajarkan anak tentang diri & tubuhnya sejak dini..Berikan informasi bahwa diri & tubuhnya sangat berharga, untuk itu dia harus menjaga & memelihara dirinya dengan baik. Bisa dengan lagu dan syair yang mendidik.

Sebelumnya pastikan kita sudah mengajarkan hal-hal berikut :

1. Jelaskan tentang nama-nama bagian tubuh sejak ia belum bisa bicara. Seiring usia, jelaskan juga fungsi dan bagaimana menjaganya. 

2. Sejak usia 9 bulan, ajarkan bahwa ia memiliki bagian tubuh yang spesial. Ajarkan ia menggunakan nama yang tepat untuk bagian tubuh itu tanpa rasa tabu. Gunakan istilah yang digunakan oleh kitab suci. 

3. Rawat rasa malu yang fitrahnya ia rasakan ketika bagian tubuh itu terlihat orang lain. Jika akan membantunya memakaikan pakaian, minta izin saudaranya yang lain untuk tidak melihat. 

Untuk anak yang sudah bisa berkomunikasi, jelaskan lebih detail menggunakan bahasa ilmiah, lalu tetap ikat dengan istilah yang digunakan kitab suci. 

4. Katakan pada anak bahwa diri dan tubuhnya sangat berharga, untuk itu ia harus menjaga dan memelihara dirinya dengan baik.  

5. Sebelum berusia 3 tahun, bantu anak memahami 3 jenis sentuhan. Gunakan lagu ini (lagu "SENTUHAN") sebagai alat bantu. 
§  sentuhan baik/boleh untuk sentuhan pada tubuh bagian pundak hingga ujung jari, dan dari lutut hingga ujung kaki. 
§  Sentuhan buruk/tidak boleh untuk sentuhan yang mengenai tubuh yang ditutupi pakaian dalam dan bibir. Bagian ini hanya boleh disentuh diri sendiri, ibu, dan dokter. 
§  Sentuhan membingungkan untuk sentuhan yang mengenai tubuh dari pundak hingga lutut. Bagian ini juga hanya boleh disentuh diri sendiri, ibu, dan dokter. 

6. Ajari anak untuk mempercayai perasaannya

7. Ajari anak agar mampu berkata TIDAK, ENGGAK MAU, atau JANGAN BEGITU!



Jangan menyerah karena setiap anak memiliki hak untuk memahami perkembangan dirinya dengan cara akurat & positif. Penuhilah hak anak-anak kita dari pengaruh media digital. Jika kita mulai merasa lelah mendampingi&melihat kelakuan anak kita,rasakan kehadiran orangtua kita

ü  Berapa banyak kekecewaan mereka terhadap kita tapi mereka selalu sabar menghadapi kita bahkan disaat kita sudah kehabisan rasa sabar kepadanya...
ü  Berapa banyak stok sabar yang orangtua kita curahkan sehingga kita bisa menjadi pribadi yang sabar seperti sekarang ini.

ü  Berapa banyak pengorbanan yang orangtua kita berikan sehingga kita bisa menjadi ibu yang ramah, cerdas dan bermanfaat untuk orang banyak.

ü  Rasakan bagaimana sakitnya hati orangtua kita ketika mereka tahu kita belum bisa menjadi orang tua yang baik seperti mereka..

ü  Rasakan bagaimana sedihnya orangtua kita ketika mreka tahu anaknya tidak sesabar mereka dalam menghadapi anak-anaknya.

Sungguh, teladan itu lebih baik daripada seribu kata..



DARI HASIL  DISKUSI

1. Pertanyaan dan jawaban1.  Infografis yang ditampilkan oleh kelompok 6 berasal dari Riset Yayasan Kita dan buah hati divisi anak&remaja (DiAR) Tahun 2016, 90% dari jabodetabek, jumlah anaknya 2594


2. Pertanyaan dan jawaban2. Penggunaan gadget bagi anak adalah start umur 14 tahun. Karena anak secara psikologi sudah bisa membedakan baik buruknya, meski beberapa ahli menyarankan amannya Di usia 16 tahun. Bahkan seorang owner Facebook, Mark dia tidak memberikan gadget kepada anaknya sendiri. Apa kabar dengan emak-emak di Indonesia?

Rules of Gadget to Children

1) Gadget ini cuma “PINJAM-PAKAI”.

2) Orangtua harus selalu mengetahui password-nya

3) Jika teleponnya berdering, jawablah. Itu adalah sebuah telepon. Katakan salam, tunjukkan perilaku yang baik (sopan.) Jangan pernah abaikan panggilan telepon jika dilayarnya tertulis “Ibu” atau “Ayah”. Jangan pernah.

4) Berikan teleponnya kepada orang tua-mu tepat jam 7:30 malam setiap malam sekolah dan setiap akhir minggu pada jam 9 malam.

5) Kamu tidak akan membawa gadget ini ke sekolah. Ngobrol-lah secara langsung dengan orang-orang yang biasa kamu ajak chatting atau SMS. Ini adalah bekal atau skill untuk hidupmu kelak.

6) Jika gadget ini rusak atau hilang, kamu bertanggung jawab untuk penggantian atau biaya perbaikan.

7) Jangan gunakan teknologi ini untuk berbohong, membodohi, atau menipu umat manusia lainnya. Jangan terlibat dalam pembicaraan yang akan menyakiti orang lain. Jadilah teman yang baik.

8) Jangan mengirimkan pesan atau mengatakan apapun yang tidak mau kamu ucapkan dalam kehidupan sehari-hari.

9) Tidak boleh ada pornografi.

10) Matikan, diamkan, sembunyikan dari khalayak ramai. Terutama di restoran, di bioskop, atau ketika berbicara dengan umat manusia lain.

11) Jangan kirimkan atau menerima gambar/ foto dari bagian pribadi anggota tubuhmu atau orang lain. Jangan tertawa.

12) Jangan mengambil jutaan foto dan video. Tidak perlu mendokumentasikan segalanya. Alamilah hidupmu sendiri.

13) Sesekali tinggalkan gadgetmu dirumah dan coba untuk merasa nyaman dan aman dengan keputusan itu. Belajarlah hidup tanpanya.

14) Jaga matamu tetap menghadap kedepan. Lihat dunia disekelilingmu. Pandangilah jendela. Dengarkan kicauan burung. Jalan-jalan. Berbicaralah dengan orang asing. Berkelilinglah tanpa Googling.

Jawaban tambahan :
Berdasarkan catatan kulwap tentang Mencegah Bahaya Pornografi bersama kak Eka Wardhana

Di masa kini pornografi kian marak karena banyak dilakukan di dunia maya melalui adanya internet. Dan alat apa yang digunakan semua orang untuk mengakses internet?

Gadget! Tentu saja. Jadi mau tidak mau, orangtua juga harus mengambil sikap dalam hal ini dengan melakukan diet gadget.

Jadi, dunia di sekitar kita sudah sangat beresiko. Orangtua tidak boleh ragu lagi melakukan diet gadget buat anak.

Sementara itu, untuk melindungi anak-anak dari konten asusila. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Susana Yembise sedang menyiapkan peraturan menteri mengenai larangan penggunaan telepon seluler atau ponsel terhadap anak-anak.

Cara Diet Gadget:

           Kurangi sedikit demi sedikit waktu menggunakan gadget, sampai maksimal 2 jam per hari.
           Jika mengurangi sedikit demi sedikit ini tidak berhasil, larang gadget sama sekali.
           Mengarahkan anak pada kegiatan di luar ruangan seperti berolah raga, mencari serangga, dan lain-lain.

*KEMBALI KE BUKU*

            Ayah dan Bunda, anak yang dikenai diet gadget biasanya akan mengamuk, ngambek atau minimal protes keras. Karena itu perlu diberi alternatif gadget. Salah satu alternatif terbaik bagi gadget adalah buku.

Kenapa harus buku? Karena buku memiliki berbagai manfaat yang sangat luar biasa.



Pertanyaan dan jawaban 3
Ketika memiliki anak perempuan, usia berapa tahun kita batasi anak untuk tidak di urusi ayahnya lagi, misalnya kedekatan anak dengan sang ayah yang begitu dekat sehingga ayahnya selalu membantu anak perempuannya mandi, pakaian dll? Bila berdasarkan data maka saat Usia 15 tahun

Pertanyaan dan jawaban4

Berarti sekitar SMA yah sebaiknya anak baru diberikan gadget, apakah ini berarti sebaiknya juga tidak sama sekali memberikan screen time kepada balita-usia smp? Lalu bagaimana sebaiknya yang bijak ketika kita ingin memberikan edukasi via gadget, seperti contohnya mengenalkan video sentuhan boleh? 

Jawabnya boleh dengan rules gadget for children itu. Kita sampaikan pelan pelan ke anak, insyaAlloh mreka bisa ngerti ko...Kita nya yang kudu tega&jadi teladan juga🤗...


Tv  ( terutama ) dan gadget tidak cukup bagus untuk anak karena selain membuat malas (duduk dan bengong), mereduksi imaginasi anak . Karena semua sudah tersetting dengan visual. Daya kreatif berkurang. Selain pencetus obesitas juga Autis.

Beda dengan buku, satu anak dengan yg lainnya akan memliki respon dan imaginasi yang berbeda. Output berbeda tergantung luas pemikiran dan pengalaman nya.


#Day6
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangII

Pentingnya Aqil Baligh secara bersamaan



Makna dari Aqil baligh adalah seseorang yang telah sampai pada masa baligh dan memiliki akal sehat, sebab jika akalnya tidak waras ia tidak disebut sebagai aqil dan juga tidak disebut sebagai mukallaf. Sebab orang gila tidak terbebani dengan hukum syariat.
Dari sinilah kemudian timbul istilah yang disebut sebagai aqil baligh, yaitu seseorang yang telah sampai pada masa baligh dan memiliki akal sehat. Akil baligh ini kemudian disebut sebagai mukallaf, yaitu orang yang dibebani dengan hukum syariat.
Selain orang gila, orang yang bodoh (tidak tahu) juga tidak dibebani dengan hukum syariat sebab ketidak tahuannya. Namun orang bodoh berkewajiban belajar untuk mencari tahu.
Rasulullah SAW bersabda,
“Diangkatkan pena atas tiga (kelompok manusia), yaitu anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh.” (HR Abu Dawud).

Yang dimaksud orang gila dalam hadis ini adalah orang yang tidak memiliki akal sehat. Sedangkan yang dimaksud dengan “diangkatkan pena” adalah tidak dibebani dengan hukum syara’.

Baligh merupakan istilah dalam hukum Islam yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh" diambil dari kata bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti "sampai", maksudnya "telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan".
Secara hukum Islam, seseorang dapat dikatakan baligh apabila
·         mengetahui, memahami, dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, serta
·         telah mencapai usia 15 tahun ke atas dan atau sudah mengalami mimpi basah.(bagi laki-laki)
·         telah mencapai usia 9 tahun ke atas dan atau sudah mengalami "menstruasi". (bagi perempuan)


#Day5
#Bunsaylevel11
#Fitrahseksualitas
#kuliahbundasayangII

Manfaat kembang 7 rupa

  Indonesia memiliki kekayaan yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Seperti contohnya tanaman berupa bunga. Berbagai macam dan jenis b...