Indonesia
terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya yang membuat iri negara lain.
Indonesia memiliki ribuan pulau yang mengandung emas, logam, gas, minyak serta
alam yang indah dilengkapi dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang. Tentu saja
kekayaan lautnya yang melimpah ruah terkadang membuat kapal nelayan negara
tetangga senang menyebrang ke negeri ini.
Logikanya
dengan kekayaan sumber daya alam ini, Indonesia harusnya menjadi negara yang
maju bisa berdikari, mandiri, tidak perlu bantuan negara lain lagi dan tidak
perlu berhutang yang dibebankan kepada anak cucu pada masa yang akan datang. NOL
besar ternyata salah. Pola pikir beberapa para petinggi negeri ini yang bisa di
manipulasi dan dibeli, membuat negeri ini semakin terpuruk. Kandungan emas di sebuah
pulau, harusnya bisa membuat pulau itu
kaya dan maju. Tapi entah dengan birokrasi apa, dengan aturan apa, dan dengan
dalih apa. Sebuah perusahaan Asing bisa mengeruk emas yang ada disana untuk di
ekspor ke luar negeri, dan produknya dipasarkan dan Indonesia menjadi salah satu konsumennya. Aku
gigit jari. Siapa yang dibodohi.
Sebuah
pabrik sepatu di Indonesia memproduksi barang
kemudian di ekspor ke luar negeri tanpa label. Kemudian oleh sang pembeli,
sepatu tanpa label tersebut di beri label merk tertentu dan di packing.
Terakhir sepatu bermerk tersebut dilempar ke pasaran Indonesia, orang Indonesia
ramai-ramai membeli. Tentu dengan harga yang lebih mahal. Aku gigit jari. Siapa
yang dibodohi.
Di
negara lain, pengamanan berlaku sangat
ketat di bandara maupun di pelabuhan yang merupakan perbatasan negara dan akses
masuk bagi para pendatang serta ekspor
impor barang. Sehingga di negara lain, sedikit barang haram seperti narkoba
bisa lolos dengan hitungan beberapa kilo. Tapi di Indonesia, kok bisa barang
haram bisa lolos berton-ton jumlahnya. Aku gigit jari. Siapa yang dibodohi.
Di
negara lain, seorang atlet olahraga yang sudah berprestasi mengharumkan nama bangsa akan dihargai sedemikian rupa dan
dijamin perekonomiannya oleh negara. Tapi dinegeriku ini, jangan heran bila
mendengar seorang atlet yang pernah mengharumkan nama bangsa ini ke tingkat
dunia, di masa pensiunnya malah menjual penghargaan yang dimilikinya hanya
untuk bertahan hidup. Miris. Aku gigit jari. Siapa yang dibodohi.
Di
negara lain, sebuah budaya sekecil apapun akan dilestarikan dan diberikan hak
paten. Tapi di sini Anda akan jumpai, budaya itu ada sejak dahulu kala, turun
temurun tapi kurang diberdayakan dan terkadang diabaikan. Merasa kepanasan bila
budaya tersebut diakui sebagai budaya negara lain. Ah kamu, dari dulu kemana
aja. Aku gigit jari.....mulai pintar.
Di
negara lain, sebuah museum akan sangat diperhatikan oleh pihak yang berwenang.
Dirawat dilestarikan dan diberi perhatian. Di tempatku, jangan heran bila
museum itu berdebu, penuh coretan, kemudian barang-barangnya rapuh satu per
satu. Di pojok ruangan satu persatu mulai dirajut sarang penangkap serangga. Aku
mulai berpikir.......
Di
negara lain, orang berusaha menciptakan lingkungan yang bersih dan rapi. Sehingga
mereka pandai memilah dan memilih sampah sampai mengolah kembali. Bahkan
difasilitasi oleh negara. Tapi ditempatku. Ah sudahlah.... banyak orang yang
ingin lingkungan bersih dan rapi. Tapi tak banyak yang ingin menciptakannya.
Membuang sampah entah kemana tak peduli. Sampah segala rupa dicampur menjadi satu. Yang penting
buang-buang sampah itu tanpa peduli akan berakhir kemana sampah ini. Pernah kan
lihat ada kebanjiran gara-gara sampah yang menyumbat di selokan. Sampah
menumpuk di tempat pembuangan sementara, meluber sampai ke badan jalan penyumbang
aroma yang berbeda. Aku tutup hidung.... tak tahan....
Tapi
tenanglah itu hanya sedikit tragedi yang tergambar dari kacamata yang kacanya
mulai retak dan buram, sehingga terkadang sudah tak jelas lagi ketika digunakan
untuk melihat. Tragedi yang lain masih banyak tapi saat ini hanya itu saja yang
ingin kusampaikan. Pada saat yang sama, masih ada minoritas di negeri ini yang
tertatih-tatih berteriak pelan, sedang dan lantang untuk membuka mata pihak-pihak
yang berwenang dan mengajak siapapun yang bisa di ajak. Meski aku tidak bisa
berteriak dan hanya bisa bergumam. Aku ingin menjadi minoritas itu yang tetap
memiliki semangat untuk bangkit agar Indonesiaku tidak terlalu.....
semakin banyak kepala, semakin susah membuat satu suara. penduduk Indonesia amat sangat banyak kak. sebagian memperbaiki, sebagian malah menggerogoti. mungkin perubahan itu bisa dimulai dari saling peduli satu sama lain.
BalasHapusbhinneka tunggal ika ya mbak......
Hapussaya juga gigit jari...tapi saya percaya. setiap pemerintahan akan membuat yg terbaik utk rakyatnya.
BalasHapuskarena semua butuh proses.
saya juga gigit jari...tapi saya percaya. setiap pemerintahan akan membuat yg terbaik utk rakyatnya.
BalasHapuskarena semua butuh proses.
saya juga gigit jari...tapi saya percaya. setiap pemerintahan akan membuat yg terbaik utk rakyatnya.
BalasHapuskarena semua butuh proses.
wah...gigit jari nya berkali-kali ya mas fauzi.....
Hapussemoga kita termasuk orang-orang yang berproses agar Indonesia lebih baik lagi