Cari Blog Ini

Rabu, 07 Maret 2018

Workshop “Sehari Jadi Buku”

Belajar bersama Kopi Write Indonesia


                Mustahil...ah masak iya. Begitu awalnya ketika hendak mengikuti kegiatan ini. Daripada penasaran makanya ikutan. Dengan motor kesayangan melaju ke tempat acara workshop ini. Disana bertemu dengan teman-teman rumbel Menulis IIP Batam (Ibu Profesional Batam). Alhamdulillah dari wajah teman yang cerah-cerah memancarkan rasa kepo nya yang tinggi untuk belajar menulis dan menerbitkan buku antologi.

                Rempong. So pasti, namanya juga ibu-ibu walaupun belajar yang harusnya serius so pasti bawa anak nggak ketinggalan ya. Tapi alhamdulillah karena pematerinya juga wanita-wanita hebat, faham betul dengan kerempongan ini.
Foto Putri Pamelia.
Add caption

                Dalam kegiatan ini menjadi 3  sesi antara lain sesi:

11. Sesi Pertama  with mbak Heni Lestari (nama pena Heenee Soedarno) dengan ulasan mengenai “Penulis itu Hobi, bakat atau profesi”
22.  Sesi Kedua with mbak Dwi Arum yang membahas tentang “Menemukan dan mengembangkan ide”
33. Sesi Ketiga with mbak Dian Ikha P. Belajar bagaimana “Teknik Menulis Efektif dan Self Editing

    Disela-sela penyampaian materi ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab audience dan yang terakhir adalah tantangan menulis apapun tentang menulis. Dan dalam waktu kurang lebih 15 menit inilah yang saya tulis.

Menulis rasa nano-nano

                Menulis bagi sebagian orang terasa seperti sebuah beban. Pernah melihat  sebuah film jadul dengan adegan seorang pemuda yang menulis surat pernyataan cinta untuk gadis pujaannya? Terkadang seperti itulah susahnya menulis. Sudah ditulis, di baca, ah kayaknya belum pas akhirnya dibuang kertasnya ke tempat sampah. Menyusun sebuah karangan saat pelajaran Bahasa Indonesia, menjadi sangat membosankan. Ya, saya tidak pandai menulis. Saya hanya suka membaca. Baca dan baca terutama cerita fiksi. Ket  ika membaca majalah kesukaan Annida, hanya bisa bermimpi bisa membuat karangan seperti cerpen-cerpen yang ada disana.

                Karena tuntutan tugas sebagai guru, saya harus membuat teks pidato. Karena saya anti plagiator, maka saya membuat pidato yang original sendiri dengan cara membaca buku, beberapa artikel pendukung dan juga rekaman video di hiasi dengan fenomena-fenomena terkini.  Otomatis saya banyak membaca. Akhirnya jadilah teks pidato yang bisa diekspresikan dengan durasi 5-10 menit.

                 Saat teks pidato hasil karangan saya menjadi juara, disitulah rasanya sesuatu banget. Bisa mengantarkan anak didik menjadi juara Pidato tingkat kelurahan, kecamatan, kota dan bahkan tingkat provinsi.
                Sekarang alhamdulillah, bertemu dengan komunitas Ibu Profesional (IIP Batam) melalui rumbel menulisnya saya banyak belajar tentang menulis seperti kulwapp, kegiatan offline. Kemudian mengenal blog dan mempublikasikan tulisan di www.alumistory.com. Bergabung juga di FLP (forum lingkar pena) yang tulisannya sering saya baca ketika masih sekolah.

2 komentar:

  1. wah.. nampaknya saya perlu nih ilmu copywrite kayak gini.. mengingat tulisanq ,asih acak kadut.. asal nulis aja.. g ada rambunya.. maen terjang.. :D

    BalasHapus
  2. Menulis memang ada tantangan tersendiri, tapi asyik ketika itu memang hobby kita dan tidak dipaksa, enak kalau bacanya beberapa tahun kemudian dan yang sudah lupa teringat lagi karena membaca tulisan sendiri

    BalasHapus

Manfaat kembang 7 rupa

  Indonesia memiliki kekayaan yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Seperti contohnya tanaman berupa bunga. Berbagai macam dan jenis b...