Belajar bersama Kopi Write Indonesia
Mustahil...ah
masak iya. Begitu awalnya ketika hendak mengikuti kegiatan ini. Daripada
penasaran makanya ikutan. Dengan motor kesayangan melaju ke tempat acara
workshop ini. Disana bertemu dengan teman-teman rumbel Menulis IIP Batam (Ibu
Profesional Batam). Alhamdulillah dari wajah teman yang cerah-cerah memancarkan
rasa kepo nya yang tinggi untuk belajar menulis dan menerbitkan buku antologi.
Rempong.
So pasti, namanya juga ibu-ibu walaupun belajar yang harusnya serius so pasti
bawa anak nggak ketinggalan ya. Tapi alhamdulillah karena pematerinya juga
wanita-wanita hebat, faham betul dengan kerempongan ini.
Add caption |
Dalam
kegiatan ini menjadi 3 sesi antara lain
sesi:
11. Sesi Pertama with mbak
Heni Lestari (nama pena Heenee Soedarno) dengan ulasan mengenai “Penulis itu
Hobi, bakat atau profesi”
22. Sesi Kedua with mbak Dwi Arum yang membahas tentang “Menemukan
dan mengembangkan ide”
33. Sesi Ketiga with mbak Dian Ikha P. Belajar bagaimana “Teknik
Menulis Efektif dan Self Editing
Disela-sela penyampaian materi ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab audience dan yang terakhir adalah tantangan menulis apapun tentang menulis. Dan dalam waktu kurang lebih 15 menit inilah yang saya tulis.
Disela-sela penyampaian materi ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab audience dan yang terakhir adalah tantangan menulis apapun tentang menulis. Dan dalam waktu kurang lebih 15 menit inilah yang saya tulis.
Menulis
rasa nano-nano
Menulis
bagi sebagian orang terasa seperti sebuah beban. Pernah melihat sebuah film jadul dengan adegan seorang
pemuda yang menulis surat pernyataan cinta untuk gadis pujaannya? Terkadang
seperti itulah susahnya menulis. Sudah ditulis, di baca, ah kayaknya belum pas
akhirnya dibuang kertasnya ke tempat sampah. Menyusun sebuah karangan saat
pelajaran Bahasa Indonesia, menjadi sangat membosankan. Ya, saya tidak pandai
menulis. Saya hanya suka membaca. Baca dan baca terutama cerita fiksi. Ket ika membaca majalah kesukaan Annida, hanya
bisa bermimpi bisa membuat karangan seperti cerpen-cerpen yang ada disana.
Karena
tuntutan tugas sebagai guru, saya harus membuat teks pidato. Karena saya
anti plagiator, maka saya membuat pidato yang original sendiri dengan cara
membaca buku, beberapa artikel pendukung dan juga rekaman video di hiasi dengan
fenomena-fenomena terkini. Otomatis saya
banyak membaca. Akhirnya jadilah teks pidato yang bisa diekspresikan dengan
durasi 5-10 menit.
Saat
teks pidato hasil karangan saya menjadi juara, disitulah rasanya sesuatu
banget. Bisa mengantarkan anak didik menjadi juara Pidato tingkat kelurahan,
kecamatan, kota dan bahkan tingkat provinsi.
Sekarang
alhamdulillah, bertemu dengan komunitas Ibu Profesional (IIP Batam) melalui
rumbel menulisnya saya banyak belajar tentang menulis seperti kulwapp, kegiatan
offline. Kemudian mengenal blog dan mempublikasikan tulisan di www.alumistory.com. Bergabung juga di FLP
(forum lingkar pena) yang tulisannya sering saya baca ketika masih sekolah.
wah.. nampaknya saya perlu nih ilmu copywrite kayak gini.. mengingat tulisanq ,asih acak kadut.. asal nulis aja.. g ada rambunya.. maen terjang.. :D
BalasHapusMenulis memang ada tantangan tersendiri, tapi asyik ketika itu memang hobby kita dan tidak dipaksa, enak kalau bacanya beberapa tahun kemudian dan yang sudah lupa teringat lagi karena membaca tulisan sendiri
BalasHapus